Home / Archive for 02/16/16
Fenomena Naga Langit Jadi Atraksi yang Tidak Ingin Terlewatkan Selasa, 16 Februari 2016 16:34
ome » Warta
Fenomena Naga Langit Jadi Atraksi yang Tidak Ingin Terlewatkan
Selasa, 16 Februari 2016 16:34
WARTA KOTA, PALMERAH -- Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) atau dijuluki naga langit menjadi peristiwa yang tidak ingin dilewatkan untuk bisa disaksikan di antaranya di Pontianak, Kalimantan Barat.
Soalnya peristiwa ini memang hanya terjadi 350 tahun sekali.
Menpar Arief Yahya tak kenal lelah untuk menyampaikan atraksi wisata budaya terkait Imlek dan Cap Go Meh di Nusantara.
Kali ini, dia bercerita tentang Naga Langit, sepanjang 100 meter di ibu kota Kalbar, Pontianak.
"Tradisi ini akan menjadi daya tarik baik wisman maupun wisnus yang luar biasa ke Pontianak. Silakan tonton puncak perayaan Cap Go Meh di sana," kata Arief Yahya.
Naga langit itu, kata Arief Yahya, dibuat oleh Chung Ciung On alias A Bong, di Jakarta yang kemudian dibawa ke sebuah ruko di Gang Usaha, Jalan Raya Sui Pinyuh, Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalbar.
Naga itu dibuat dengan rangka fiber serta kain parasut dan akan disinari cahaya ultra violet
"Anda pasti penasarab kan? Nah, catat tanggal mainnya, pastikan ke Kalbar," ajakan yang disampaikan Menpar, yang juga mantan Dirut PT Telkom itu.
Seperti diketahui, perayaan Imlek 2016 sudah heboh di semua kota di Indonesia.
Termasuk Bali karena ada 200 charter flight menerbangkan turis asal Tiongkok itu ke Pulau Dewata.
Cap Go Meh biasanya dilaksanakan 15 hari selepas Imlek, dan yang paling heboh dilakukan di Singkawang.
"Di Jakarta sendiri akan dipusatkan di Glodok, Jakpus," katanya.
Rencana besar perayaan Cap Go Meh di Pontianak ini rupanya mampu menghipnotis sejumlah wisatawan asing.
Warga keturunan Tionghoa yang berasal darinMalaysia, Brunei Darussalam dan Thailand mulai terbang ke Pontianak.
Semuanya seperti tak sabar melihat penampilan Naga Langit di Cap Go Meh.
"Malaysia, Brunei dan Thailand bahkan ikut serta di atraksi barongsai," kata Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, yang didampingi Kepala dinas pariwisata dan ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi Kalbar Simplisius, Senin (15/2/2016).
Rupanya, naga ini bukan naga sembarangan. Ukurannya sangat besar.
Dari paparan Simplisius, seluruh bagiannya terbagi atas 36 sambungan.
Menariknya saat malam hari replika naga ini akan berpendar dan bercahaya. Seluruh tubuh naga dicat khusus yang memancar ketika disorot lampu ultraviolet.
"Kepalanya sebesar minibus jenis Kijang Innova Jika disinari cahaya ultraviolet akan bercahaya dan sangat indah," ungkapnya.
Naga langit yang tengah dipersipkan bentuknya tersebut, merupakan kali pertama diwujudkan di Kota Pontianak dan Kalbar umumnya.
Lantaran ini merupakan hal baru. Pemkot berencana akan mengundang Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
"Karena replika naganya memiliki kepala yang sangat besar, yakni seperti naga dari langit, katanya.
Dari laporan yang diterima Simplisius, sejauh ini terdapat 14 naga yang yang dipastikan akan tampil di Cap Go Meh.
Hal ini diyakini akan semakin membuat Pontianak semarak denga berbagai atraksi yang disuguhkan.
Sementara itu, dari Pontianak, Kompas Travel menyampaikan kesiapan menyambut kehadiran peristiwa langka tersebut.
Menjelang peristiwa gerhana matahari yang diperkirakan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 mendatang, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Pontianak bekerja sama dengan Pemkot Pontianak akan mensosialisasikan fenomena alam yang terbilang langka ini.
Meski gerhana yang terjadi di Kota Khatulistiwa ini bukan gerhana matahari total, pihak Pemkot sudah mempersiapkan lokasi pengamatan peristiwa tersebut. Pontianak termasuk dalam kategori sedang saat fenomena gerhana berlangsung.
"Hasil rapat kami, ada dua alternatif sebagai tempat pengamatan gerhana matahari yakni di PCC, di mana terdapat science centre dan di Lapan Pontianak,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pontianak, Hilfira Hamid, di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (15/2/2016).
Pernyataan itu disampaikan Hilfira usai melakukan rapat koordinasi terkait persiapan menyambut peristiwa gerhana matahari, di ruang kerja Wakil Wali Kota Pontianak.
Hilfira menambahkan, meski belum diputuskan lokasi pengamatan gerhana tersebut, namun gedung Pontianak Convention Centre (PCC) bisa menjadi tempat alternatif.
Sebab, di tempat tersebut sudah tersedia science centre dan studio untuk memutar film dokumenter terkait gerhana matahari menjelang detik-detik terjadinya fenomena alam itu di Kota Pontianak.
"Di sana, kita juga bisa mengamati gerhana matahari dengan alat bantu teropong,” ungkap Hilfira.
Selain sebagai destinasi bagi wisatawan, juga sekaligus sebagai wahana edukasi bagi para pelajar.
Untuk itu, Pemkot juga melibatkan Dinas Pendidikan, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA).
"Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi yang mulai dilakukan tanggal 18 Februari, dengan narasumber dari Lapan Pontianak dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pontianak kepada guru-guru bidang studi Fisika untuk disosialisasikan kepada siswa-siswa di sekolah masing-masing,” jelas Hilfira.
Sementara itu, Kepala Lapan Pontianak, Muzirwan, menjelaskan, saat ini pihaknya tengah membentuk tim khusus untuk melakukan persiapan pengamatan di daerah Siantan Hulu.
Namun tim ini akan melakukan survei terlebih dahulu yang rencananya dilakukan pada tanggal 18 Februari mendatang.
"Kita akan siapkan kaca mata khusus untuk pengamatan gerhana matahari sebanyak 180 buah. Kaca mata ini sebagai penangkal radiasi yang digunakan pada saat mengamati atau melihat gerhana matahari,” jelas Muzirwan.
Muzirwan mengimbau, saat peristiwa gerhana terjadi nantinya, masyarakat tidak mengamati dalam jangka waktu yang terlalu lama sebab bisa membahayakan kornea mata.
Gerhana matahari itu sendiri diperkirakan terjadi mulai pukul 06.20 – 08.00.
"Yang membuat gerhana matahari ini menarik yakni detik-detik bulan menutup matahari berjalan lama tetapi itu menarik. Ada sinar matahari tidak tertutup bulan yang disebut aurora,” pungkas Muzirwan.
#TanyaSains: Mengapa Satelit di Angkasa Tidak Jatuh atau Hilang?
SainsMe – Singkatnya, ada dua jenis satelit, yaitu satelit alami dan satelit buatan atau biasa disebut satelit artifisial (artificial satellites).
Untuk satelit alami, contohnya adalah bulan yang selalu mengobrbit planet bumi, dan phobos – deimos yang mengorbit Mars. Sepertinya pertanyaan kamu mengarah ke jenis satelit artifisial kan?
Apa itu orbit dan bagaimana menempatkan satelit di orbit yang benar?
Orbit pada dasarnya adalah lintasan. Jadi jika kita membicarakan orbit satelit, maka berarti sebuah jalur melingkar mengelilingi bumi yang akan dilewati satelit selama bertugas.
Nah, orbit ini memiliki ketinggian tertentu dan harus dihitung dengan sangat cermat. Hitungannya berdasar apa?
Bayangkan kamu sedang melempar sebuah bola tenis. Dengan tenaga yang kecil, bola akan terlempar sejauh satu meter, misalnya.
Dengan tenaga agak besar, bola terlempar lebih cepat dan akan jatuh pada jarak sepuluh meter. Kemudian kamu mengerahkan semua kekuatanmu untuk melempar bola itu agar mendapatkan kecepatan paling tinggi dan jarak paling jauh.
Nah, sekarang bayangkan jika kita bisa membuat bola meluncur sangat cepat agar terlempar sangat jauh dan selama mungkin tidak jatuh. Terus meluncur.
Apakah mungkin? Nah, itulah yang terjadi pada satelit.
Satelit tetap berada pada orbitnya dan tidak jatuh merupakan kombinasi dari dua hal:
Yang pertama adalah dia bergerak super cepat agar tidak jatuh (sama seperti bola yang dilempar sangat-sangat kuat), yang kedua adalah faktor ketinggian yang tepat agar gravitasi bumi menjadi minimal dan tidak ada gesekan dengan atmosfer ketika ia sedang melaju dengan kecepatan tinggi.
Bagaimana membawa satelit pada ketinggian tersebut?
Jawabannya adalah satelit diantar ke orbitnya oleh sebuah roket. Roket ini diluncurkan dari stasiun-stasiun peluncuran di bumi dan membawa satelit ke orbitnya.
Pertama, roket meluncur hingga ketinggian seratus hingga dua ratus kilometer agar keluar dari atmosfer. Kemudian roket itu akan mendorong ke arah samping dan mulai meluncur dengan kecepatan yang luar biasa: 29.000 Km per jam, atau 79 kali lipat lebih cepat dari kecepatan maksimum sebuah mobil balap Formula-1!
Untuk beberapa saat roket masih meluncur dengan kecepatan tersebut, hingga satelit mencapai orbitnya. Setelah itu roket akan mati dan melepaskan satelit pada orbitnya dan masih bergerak dengan kecepatan yang sama. Itulah sebabnya satelit tersebut tidak jatuh. Ya, karena kecepatannya.
Ketinggian satelit bervariasi, mulai dari ratusan kilometer hingga titik paling tinggi yaitu 2000 kilometer dari bumi. Semakin rendah satelit ditempatkan, semakin sebentar ia bertugas.
Perlu diketahui, satelit paling besar buatan manusia saat ini bernama International Space Station (ISS), merupakan kerja sama dari beberapa negara besar. Diluncurkan tahun 1998 dan masih bertugas hingga kini di ketinggian 600 kilometer dari bumi.
Sedangkan satelit pertama yang diluncurkan oleh manusia bernama Sputnik-1 buatan Uni Soviet pada 4 Oktober 1957. Tak mau kalah, beberapa bulan kemudian Amerika Serikat ikut meluncurkan setelit pertamanya yang diberi nama Explorer-1.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)